Sabtu, 21 Juni 2014

Sepenggal Kisah Dewi Soekarno

Laporan koresponden Tribunnews.com di Tokyo, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Dewi Soekarno, bernama lengkap Ratna Sari Dewi Soekarno (Naoko Nemoto, 74).  Ia adalah istri kelima Presiden Soekarno yang menikah tahun 1962 ketika Dewi berumur 19 tahun.
Memiliki satu orang putri, Kartika Sari Dewi Soekarno (Karina). Jumat (20/6/2014) kemarin, memaparkan kisah perkawinannya dengan Soekarno di acara "Nakai Masahiro no Kinsuma Special" TBS TV jam 22.00 waktu Tokyo.

Dikisahkan, pada saat terjadi gerekan G30S PKI, Soekarno menyingkir ke Istana Bogor. Saat itu Soekarno sudah dalam keadaan sakit.

"Itulah sebabnya saya ke Indonesia lewat Thailand.  Di Thailand bertemu Dubes Indonesia untuk Thailand, Yusuf, menyatakan tak mungkin saat itu ke Indonesia. Maka saya akhirnya kembali ke Jepang bersama Karina," paparnya.

Setelah beberapa saat di Jepang, Dewi mendapat telepon dari seorang wartawan menyatakan Soekarno dalam keadaan kritis di rumah sakit. Dewi segera menuju Indonesia dengan segala resiko bersama Karina putrinya.

Tiba di Jakarta, sebelum ke luar pesawat, diumumkan agar Dewi tetap duduk di tempat. Setelah semua penumpang ke luar, dua anggota Angkatan Darat (AD) masuk ke pesawat dan menyodorkan surat pernyataan yang katanya "Surat dari Tokyo".

Isi surat menjelaskan, semua resiko keberadaan di Indonesia tanggungjawab Dewi sendiri dan harus mengikuti semua aturan yang diminta pihak militer Indonesia. Dewi menandatangani surat kesepakatan itu lalu ke luar pesawat dan diantar militer ke rumah sakit di mana Soekarno sedang dirawat.

"Saya tegang sekali dan curiga. Suasana sangat gelap, mobil tidak dibawa ke selatan tetapi ke utara Jakarta padahal rumah sakit di selatan. Saat itu saya berpikir harus jaga Karina baik-baik dan kalau ada kesempatan, kalau ada apa-apa saya harus kabur dan kontak teman-teman saya segera," ungkapnya.

Ternyata, mobil yang dipakai tentara itu benar mengantarkan Dewi ke rumah sakit di mana Soekarno dirawat. Sebelum memasuki kamar Soekarno, Karina dititipkan di luar atas permintaan seorang penjaga di sana.

Karina menunggu di luar kamar dan Dewi masuk ke kamar Soekarno. Dewi bercerita, ia langsung kaget melihat keadaan Soekarno sangat parah.

Dengan penuh kasih sayang, Dewi menggenggam erat tangan Soekarno dan mengatakan, "Ini saya Dewi," paparnya.

Soekarno tidak merespons apa pun dalam keadaan kritisnya. Keesokan harinya, 21 Juni 1970 Soekarno meninggal dunia dan Dewi pun pergi ke Paris bersama Karina.

Keadaan yang serba tidak menentu itu membuat Dewi harus mencari kerja supaya dapat hidup. Saat usianya 30 tahun dia bertemu Francisco Paesa, orang Spanyol, dan jatuh cinta dengan pekerja bank tersebut.

Keduanya bertekad membuat bank di Swiss. Dewi menjual semua barangnya saat itu dengan harga sekitar 100 juta yen untuk bisa mendirikan bank bersama pacarnya di Swiss.
Dengan alasan Francisco tak punya hak tinggal di Swiss dan akhirnya mengatakan "Saya tidak punya hak mencintaimu", akhirnya berpisahlah Dewi dengan orang Spanyol tersebut dan uang 100 juta yen amblas.

Setelah itu Dewi berpacaran dengan bangsawan Perancis masih keturunan Louis 14, Sablanco. Setelah tunangan dan pacaran 7 tahun akhirnya juga harus berpisah karena menurut aturan bangsawan itu Dewi harus menyetor sejumlah uang.

Padahal, Dewi  bercerita, saat itu ia tak punya uang, dan  bukan orang bangsawan. Bukan pula seprang Eropa. Akhirnya Dewi kembali ke Indonesia menjadi agen dan konsultan usaha untuk berbagai perusahaan gas, minyak dan sebagainya.

Setelah mendapatkan banyak uang Dewi hijrah ke New York selama 10 tahun. "Kehidupan saya berat. Saya dari orang yang tidak berpunya. Saya harus belajar tiga kali lipat, harus bekerja tiga kali lipat, harus usaha tiga kali lipat, tetapi waktu tidur hanya sepertiga dari orang biasa," paparnya.

Dewi kemudian banyak aktif di kegiatan volunteer, membuat Charity Concert dan semacamnya ke berbagai negara. "Saya sudah setahun tidak bertemu Karina," paparnya

Oleh karena itu bersama pembaca acara TBS TV, Kengo Komada, Dewi menuju Jakarta. Di bandara Soekarno Hatta telah disiapkan tiga mobil dan satu mobil pengawal polisi. Kengo kaget saat itu.

"Dewi, itu apaan ya?" tanyanya yang dijelaskan Dewi bahwa itu pengawal polisi karena di Jakarta macet sekali.

Akhirnya rombongan Dewi sampai di tengah Kota Jakarta hanya dalam waktu singkat karena dikawal polisi, "Enak ya kalau jalan lancar begini," komentar Kengo.

Di Jakarta Dewi memperlihatkan bekas tempat tinggalnya bersama Soekarno yaitu yang kini menjadi Museum Satria Mandala. Di Museum tersebut Dewi dan rombongan disambut banyak perwira dan pengurus museum serta berfoto bersama.

Dewi menjelaskan isi Museum dan lokasi bekas kamar tidurnya bersama Soekarno dulu. Kegiatan lain Dewi bersantap siang di taman pada sebuah Residensial luks di tengah Jakarta. Ikan pepes, lontong dan berbagai makanan Indonesia, "Enak sekali ya Dewi," kata Kengo lagi.

Dewi juga bertemu Karina dan cucunya, lelaki, yang sangat ganteng karena berdarah campuran Indonesia, Jepang, dan Belanda. Hasil perkawinan Karina dengan Frits Frederik Seegers yang berasal dari Belanda pada tanggal 2 Desember 2005.

Lalu dibuatlah gambar (sketsa) oleh Dewi gambar wajah cucunya tersebut menjadi model. Setelah itu acara diakhiri dengan kunjungan Dewi ke sebuah rumah sangat mewah, milik seorang konglomerat Indonesia keturunan China.