Laporan koresponden Tribunnews.com di Tokyo, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Dewi Soekarno, bernama lengkap Ratna Sari Dewi Soekarno (Naoko Nemoto, 74). Ia adalah istri kelima Presiden Soekarno yang menikah tahun 1962 ketika Dewi berumur 19 tahun.
Memiliki satu orang putri, Kartika Sari Dewi Soekarno (Karina). Jumat (20/6/2014) kemarin, memaparkan kisah perkawinannya dengan Soekarno di acara "Nakai Masahiro no Kinsuma Special" TBS TV jam 22.00 waktu Tokyo.
Dikisahkan, pada saat terjadi gerekan G30S PKI, Soekarno menyingkir ke Istana Bogor. Saat itu Soekarno sudah dalam keadaan sakit.
"Itulah
sebabnya saya ke Indonesia lewat Thailand. Di Thailand bertemu Dubes
Indonesia untuk Thailand, Yusuf, menyatakan tak mungkin saat itu ke
Indonesia. Maka saya akhirnya kembali ke Jepang bersama Karina,"
paparnya.
Setelah beberapa saat di Jepang, Dewi mendapat telepon dari seorang wartawan menyatakan Soekarno dalam keadaan kritis di rumah sakit. Dewi segera menuju Indonesia dengan segala resiko bersama Karina putrinya.
Tiba
di Jakarta, sebelum ke luar pesawat, diumumkan agar Dewi tetap duduk di
tempat. Setelah semua penumpang ke luar, dua anggota Angkatan Darat
(AD) masuk ke pesawat dan menyodorkan surat pernyataan yang katanya
"Surat dari Tokyo".
Isi surat menjelaskan, semua resiko
keberadaan di Indonesia tanggungjawab Dewi sendiri dan harus mengikuti
semua aturan yang diminta pihak militer Indonesia. Dewi menandatangani
surat kesepakatan itu lalu ke luar pesawat dan diantar militer ke rumah
sakit di mana Soekarno sedang dirawat.
"Saya
tegang sekali dan curiga. Suasana sangat gelap, mobil tidak dibawa ke
selatan tetapi ke utara Jakarta padahal rumah sakit di selatan. Saat itu
saya berpikir harus jaga Karina baik-baik dan kalau ada kesempatan,
kalau ada apa-apa saya harus kabur dan kontak teman-teman saya segera,"
ungkapnya.
Ternyata, mobil yang dipakai tentara itu benar mengantarkan Dewi ke rumah sakit di mana Soekarno dirawat. Sebelum memasuki kamar Soekarno, Karina dititipkan di luar atas permintaan seorang penjaga di sana.
Karina menunggu di luar kamar dan Dewi masuk ke kamar Soekarno. Dewi bercerita, ia langsung kaget melihat keadaan Soekarno sangat parah.
Dengan penuh kasih sayang, Dewi menggenggam erat tangan Soekarno dan mengatakan, "Ini saya Dewi," paparnya.
Soekarno tidak merespons apa pun dalam keadaan kritisnya. Keesokan harinya, 21 Juni 1970 Soekarno meninggal dunia dan Dewi pun pergi ke Paris bersama Karina.
Keadaan
yang serba tidak menentu itu membuat Dewi harus mencari kerja supaya
dapat hidup. Saat usianya 30 tahun dia bertemu Francisco Paesa, orang
Spanyol, dan jatuh cinta dengan pekerja bank tersebut.
Keduanya
bertekad membuat bank di Swiss. Dewi menjual semua barangnya saat itu
dengan harga sekitar 100 juta yen untuk bisa mendirikan bank bersama
pacarnya di Swiss.
Dengan alasan Francisco tak punya hak tinggal di Swiss dan akhirnya
mengatakan "Saya tidak punya hak mencintaimu", akhirnya berpisahlah Dewi
dengan orang Spanyol tersebut dan uang 100 juta yen amblas.
Setelah
itu Dewi berpacaran dengan bangsawan Perancis masih keturunan Louis 14,
Sablanco. Setelah tunangan dan pacaran 7 tahun akhirnya juga harus
berpisah karena menurut aturan bangsawan itu Dewi harus menyetor
sejumlah uang.
Padahal, Dewi bercerita, saat itu ia tak punya
uang, dan bukan orang bangsawan. Bukan pula seprang Eropa. Akhirnya
Dewi kembali ke Indonesia menjadi agen dan konsultan usaha untuk
berbagai perusahaan gas, minyak dan sebagainya.
Setelah
mendapatkan banyak uang Dewi hijrah ke New York selama 10 tahun.
"Kehidupan saya berat. Saya dari orang yang tidak berpunya. Saya harus
belajar tiga kali lipat, harus bekerja tiga kali lipat, harus usaha tiga
kali lipat, tetapi waktu tidur hanya sepertiga dari orang biasa,"
paparnya.
Dewi kemudian banyak aktif di kegiatan volunteer,
membuat Charity Concert dan semacamnya ke berbagai negara. "Saya sudah
setahun tidak bertemu Karina," paparnya
Oleh karena itu bersama pembaca acara TBS TV, Kengo Komada, Dewi menuju Jakarta. Di bandara Soekarno Hatta telah disiapkan tiga mobil dan satu mobil pengawal polisi. Kengo kaget saat itu.
"Dewi, itu apaan ya?" tanyanya yang dijelaskan Dewi bahwa itu pengawal polisi karena di Jakarta macet sekali.
Akhirnya
rombongan Dewi sampai di tengah Kota Jakarta hanya dalam waktu singkat
karena dikawal polisi, "Enak ya kalau jalan lancar begini," komentar
Kengo.
Di Jakarta Dewi memperlihatkan bekas tempat tinggalnya bersama Soekarno
yaitu yang kini menjadi Museum Satria Mandala. Di Museum tersebut Dewi
dan rombongan disambut banyak perwira dan pengurus museum serta berfoto
bersama.
Dewi menjelaskan isi Museum dan lokasi bekas kamar tidurnya bersama Soekarno
dulu. Kegiatan lain Dewi bersantap siang di taman pada sebuah
Residensial luks di tengah Jakarta. Ikan pepes, lontong dan berbagai
makanan Indonesia, "Enak sekali ya Dewi," kata Kengo lagi.
Dewi
juga bertemu Karina dan cucunya, lelaki, yang sangat ganteng karena
berdarah campuran Indonesia, Jepang, dan Belanda. Hasil perkawinan
Karina dengan Frits Frederik Seegers yang berasal dari Belanda pada
tanggal 2 Desember 2005.
Lalu dibuatlah gambar (sketsa) oleh
Dewi gambar wajah cucunya tersebut menjadi model. Setelah itu acara
diakhiri dengan kunjungan Dewi ke sebuah rumah sangat mewah, milik
seorang konglomerat Indonesia keturunan China.