Kamis, 05 Februari 2015

Bang Pi'ie, jawara Pasar Senen jadi menteri (1)

Bang Pii (tengah). ©2015 Merdeka.com/Wordpress
Merdeka.com - Wajah dalam foto itu tak asing. Mukanya tampan dengan kumis tipis melekat. Namun banyak orang tak mengenal lelaki dalam foto itu. Dialah Imam Syafi'ie, kesohor dengan panggilan Bang Pi'ie. Era tahun 1960 an, Bang Pi'ie ditakuti oleh para bandit di sekitaran Jakarta.

Bang Pi'ie begitu dia hangat disapa merupakan salah satu pahlawan negeri ini. Dia bekas jawara Pasar Senen di Jakarta Pusat dan satu-satunya jagoan yang pernah mengisi Kabinet Pemerintahan di negeri ini. Jabatannya mentereng, Menteri Keamanan Rakyat dalam Kabinet Dwikora bentukan Presiden Soekarno.

Perjalanan panjang Bang Pi'ie begitu berwarna. Sejak usianya 4 tahun, Bang Pi'ie sudah menjadi anak yatim. Anak ke dua dari empat bersaudara ini terpaksa harus dititipkan kepada bibinya, Zaenab pedagang makanan di Pasar Senen. Di usia itu Syafi'ie sudah berpikir bagaimana memberi makan ibunya dan dua adiknya, Muhammad Safrie dan Supenah.

Usia 5 tahun Pi'ie kecil membuat komplotan sesama anak seusianya. Dia mengkoordinir teman-temannya di Pasar Senen untuk mengambil sayur-sayuran maupun beras. Hasil itu yang kemudian dikirim kepada ibunya di Bangka, Jakarta Selatan.

"Ibaratnya kalau sekarang anak kolong. Jadi kalau ada bongkaran sayuran dia ambil sayuran. Kalau ada beras dia kumpulin beras," kata anak Bang Pi'ie, Edi Syafi'ie saat berbincang dengan merdeka.com kemarin di Hotel Milenium, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Edi merupakan anak dari istri ketiga Bang Pi'ie, Fitriyana.

Sebelum dititipkan kepada bibinya, Syafi'ie telah diminta kerabat ayahnya, Habib Qodir Al-Hadad, seorang ulama asal Pasar Sawo, Kebon Nanas, Jakarta Timur. Permintaan itu memang diamanatkan oleh mendiang ayahnya, Mugeni sebelum pergi menghadap sang khalik. Mugeni meninggal setelah ditebas golok dari belakang oleh adik seperguruannya bernama Ayub.
Tujuan menghabisi Mugeni, kata dia, buat menguasai Pasar Senen. "Kakek saya dulu jawara di Pasar Senen, dia asli Marunda," ujar Edi.

Di usia tujuh tahun, Syafi'ie kecil mulai belajar ilmu beladiri. Habib Qodir, ayah angkatnya mempunyai tujuan biar Bang Pi'ie jadi jawara. Ada 32 guru mengajarkan Syafi'ie ilmu beladiri. Dari tiga saudara kandung laki, hanya Syafi'ie yang dibawa Habib Qodir untuk berguru. Alasannya, Syafi'ie memiliki kekuatan buat menerima berbagai ilmu. Dari 32 guru, salah satunya Haji Darif, pahlawan asal Klender, Jakarta Timur.
"Guru-gurunya secara bergantian mengajarkannya," tutur Edi.

Hingga akhirnya, Syafi'ie kecil harus mendekam dibalik jeruji besi penjara anak di Tangerang. Ada kisah menarik saat dia dijebloskan ke dalam penjara. Meski usianya baru 11 tahun, Bang Pi'ie sudah menjadi jawara di lapas itu. Bang Pi'ie hanya cukup waktu semenit melumpuhkan jawara dalam lapas anak Tangerang.

Ceritanya begini, waktu baru masuk, Bang Pi'ie di pecundangi, dia dipukul oleh anak berdarah Ambon, penguasa Lapas Tangerang. Bang Pi'ie menangkis pukulan, dia lantas mengalahkan jawara lapas itu seorang diri. Sejak saat itu, namanya makin kesohor. Apalagi, bang Pi'ie ditangkap lantaran dia dituding mengorganisir para preman di Pasar Senen.

"Dia ditangkap dan dibawa ke LOG. Hanya setahun dia mendekam," katanya. Perjalanan Bang Pi'ie memang banyak dihabiskan di Pasar Senen. Namun namanya tetap kesohor di kalangan anak muda sekitar Jakarta. Usia 16 tahun usai kembali berguru, Bang Pi'ie mulai mengorganisir teman-temannya di Pasar Senen dan pada usia 19 tahun, Syafi'ie mulai kesohor sebagai Jawara setelah mengalahkan pimpinan preman bernama Muhayar asal Cibedug, Bogor, Jawa Barat. Muhayar merupakan pengganti, Ayub, teman seperguruan mendiang ayahnya.

"Dia mengalahkan Muhayar. Muhayar ini pengganti Ayub yang membunuh kakek saya," ujar Edi.

Tersohornya nama Bang Pi'ie membuat dia disegani hingga berbagai pelosok di luar Jakarta. Masuknya Jepang pada tahun 1943 membuat nama Bang Pi'ie ditunjuk sebagai pimpinan laskar bambu runcing. Isinya para jawara dari Jakarta, Depok, Tangerang hingga Bekasi. Laskar ini ikut berjuang saat detik-detik sebelum kemerdekaan.

Haji Darif dari Klender pernah berkongsi dengan Bang Pi'ie sebelum kemerdekaan. Dia bersama laskarnya ikut berjuang ketika memerdekakan negeri ini dari para penjajah. "Dulu pimpinan laskar itu Pak Syafi'ie. Bapak dulu di bawah komando dia," kata Uung, anak dari Haji Darif saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.

Sebagai orang dekat dengan Soekarno, setelah kemerdekaan, Bang Pi'ie diangkat menjadi Menteri Keamanan Rakyat. Dia dinilai mampu mengkoordinir para bandit untuk tidak berbuat onar. Maklum, setelah proklamasi kemerdekaan, situasi keamanan makin tidak terkendali lantaran banyak terjadi perampokan.

Anak bekas Sekondan Menteri Keamanan Rakyat di bawah bang Pi'ie, Mat Depok menuturkan jika ayahnya memang dipercaya untuk membantu Bang Pi'ie mengendalikan para bandit. Bahkan dia pernah ikut mengalami perjuangan bersama Bang Pi'ie saat pertempuran dengan tentara Belanda di Bekasi, Jawa Barat. "Iya ayah saya pernah menjadi sekondan menteri Pak Syafi'ie," ujar Kong Nisan, anak Mat Depok saat ditemui di kediamannya, Tanah Baru, Depok, Jawa Barat pertengahan tahun lalu.
Soekarno berkuasa, Bang Pi'ie diangkat menjadi Menteri Keamanan Rakyat dalam Kabinet 100 hari Menteri bentukan Presiden Soekarno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar