Jumat, 12 Desember 2014

Kisah lucu Sultan Yogya dimarahi & ditodong TNI penjaga istana

Reporter : Ramadhian Fadillah
Merdeka.com - Sri Sultan Hamengkubuwono X memilih mengalah saat rombongan Presiden Jokowi melintas. Dia ikut menepi saat voorijder pengawal Jokowi memerintahkan rakyat memberikan jalan untuk rombongan pejabat.

Aksi Sultan X ini mengingatkan apa yang dilakukan oleh ayahnya, Sultan Hamengkubuwono IX. Sang Raja Jawa ini memang dikenal egaliter. Tak mau disanjung berlebihan, tapi justru karena itu Sultan Yogya sangat dihormati dan dicintai oleh rakyat dan seluruh penduduk Indonesia.

Ada kisah menarik soal Sultan HB IX. Lagi-lagi gara-gara Sultan tak mau pakai pengawal dan pakai mobil biasa saat blusukan.

Pada Bulan Oktober 1950, Sultan HB IX menjabat wakil perdana menteri di Kabinet Natsir. Bersama A Halim yang menjabat Menteri Pertahanan ad interim, mereka menuju Istana Bogor untuk meninjau proses renovasi.

Kisah ini dituliskan AR Baswedan dalam buku Tahta Untuk Rakyat yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta tahun 2011.

Halim menyopir sendiri mobil itu, bergantian dengan Sultan. Tak ada pengawal atau ajudan yang menyertai mereka.

Saat tiba di Istana Bogor, penjaga di pos depan istana tak memperhatikan mobil yang masuk. Sultan dan Halim pun segera masuk Istana tanpa melapor.

Tiba-tiba beberapa orang penjaga dari Polisi Militer segera sadar. Mereka bergegas mengejar mobil itu. Mobil Sultan dihentikan dengan todongan senjata.

"Hei, apa-apaan ini! Stop segera!" teriak para penjaga Istana.

Komandan Polisi Militer itu menghampiri Halim. Dia membentak menteri pertahanan itu dengan mata melotot.

"Kenapa masuk saja tanpa berhenti lebih dulu? Apa tidak lihat penjagaan?" bentaknya.

Halim mengeles. "Saya hanya sopir, dan karena tidak ada orang yang menyuruh berhenti saya terus saja. Lagipula Tuan yang berada di sebelah saya ini tidak menyuruh saya berhenti," kata Halim sambil melirik Sultan.

Sultan diam saja. Para prajurit itu semua mengerubungi mobil tersebut, mencoba mengenali siapa orang di samping sopir tersebut. Tiba-tiba mereka tersadar.

"Apakah Bapak bukan Sri Sultan?" tanya pemimpin mereka.

Sultan mengangguk. Para tentara itu langsung terperanjat. Siapa yang tidak gentar mengingat Sultan HB IX dan perjuangannya mempertahankan Yogyakarta selama agresi militer Belanda.

"Siaaap! Beri Hormaaat!" teriak sang komandan sigap. Perintah ini lalu spontan diikuti seluruh anak buahnya.

Sultan tak marah dengan penodongan dan bentakan para penjaga itu. Dia segera melakukan peninjauan. Bahkan sempat makan duku di pinggir kali Ciliwung yang membelah Istana.

"Ketika dua jam kemudian kami meninggalkan istana untuk pulang, di pintu gerbang telah siap satu kompi untuk memberi hormat pada mobil kami," kenang Halim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar