32 Tahun Pemuda Panca Marga
H.Syariefuddin Soeltan Wasekjen PPM |
Organisasi wadah berhimpun anak dan keturunan Veteran RI, Pemuda Panca Marga (PPM) kini telah berusia 32 tahun, jika dianalogikan dengan perjalanan hidup anak manusia, PPM sudah pada fase ‘dewasa’ dalam berpikir dan bertindak.
Suka duka dan lika liku perjalanan organisasi PPM pun cukup beraneka warna, mengikuti alur perjalanan kehidupan bangsa, mulai dari saat kelahirannya pada tanggal 22 Januari 1981 di Pandaan, Jawa Timur, yang kemudian berkiprah sebagai salah satu Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) di tanah air dan lebih spesifik lagi, menjadi bagian dari Keluarga Besar ABRI (KBA) dan Keluarga Besar Golkar.
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Golkar dan Keluarga Besar ABRI bersama FKPPI, PPM selama era Orde Baru tentu saja berada pada posisi yang dekat dengan kekuasaan. Jajaran PPM di seluruh tanah air, berinteraksi dan melekat secara struktural dengan jajaran pertahanan keamanan mulai dari pusat (Mabes ABRI) hingga ke daerah-daerah (Komando Utama dan Teritorial).
Posisi tersebut cukup menguntungkan bagi para kader PPM yang terjun ke dunia politik, karena terbukanya peluang bagi mereka untuk berkiprah di lembaga legislatif mulai dari DPRD Tingkat II, Tingkat I hingga ke pusat. Hal serupa juga terjadi (meski tidak banyak) di lingkungan institusi pemerintahan, demikian pula di kalangan dunia usaha.
Reposisi keberadaan PPM terjadi seiring dengan arus reformasi tahun 1998, yang kemudian menelorkan sikap independen organisasi anak dan keturunan Veteran ini di dunia politik. PPM secara resmi melepaskan diri dari, organisasi Legiun Veteran RI, Keluarga Besar ABRI dan Keluarga Besar Golkar. Sikap politik dan pendirian resmi PPM, dicetuskan pada forum Rapim pasca reformasi, di bawah kepemimpinan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) PPM, Drs Djoko Purwongemboro.
Hal tersebut juga membawa perubahan dalam kiprah dan keberadaan PPM dari pusat hingga ke jajaran paling bawah. Sebagai organisasi kepemudaan yang bersifat independen, PPM beranggotakan para kader yang berbeda latar belakang warna politiknya. Satu hal yang dipersyaratkan bagi calon pengurus PPM di semua tingkatan (PP, PD, PC, PR dan Komisariat) adalah ketentuan wajib, untuk menunjukkan keabsahan sebagai anak dan keturunan Veteran RI yang dibuktikan dengan SK Veteran RI Orangtua (Bapak atau Ibu kandung atau Kakek/Nenek) dan Kartu Keluarga ybs. Namun demikian, di luar anak dan keturunan Veteran RI yang ingin bergabung dalam keluarga besar PPM, disediakan wadah Korps Yudha Putra.
Di era reformasi, PPM berkiprah sebagaimana organisasi kemasyarakatan pemuda lainnya, meskipun di dalam struktur kepengurusannya mulai dari pusat hingga ke ranting, pembina (setempat)-nya masing-masing adalah pimpinan TNI mulai dari pusat hingga ke jajaran teritorial paling bawah. Menurut Sekjen PP. PPM, Ir Ishak Tan, MSi, PhD, hal tersebut semata-mata karena faktor kesejarahan dan administratif belaka. Seperti diketahui, pembinaan administrasi Veteran RI berada di Mabes TNI hingga ke jajaran Kodim di daerah-daerah.
Perubahan sikap, pola pikir dan keberadaan institusi dalam pengembangan PPM ke depan, menurut Ishak Tan, dilakukan melalui upaya transformasi nilai-nilai yang selama ini melekat pada organisasi PPM yang cenderung lebih mengedepankan militansi para anggotanya. “Kita akan berupaya melakukan transformasi nilai, dari militansi ke intelektual,” ujarnya. Karena itulah, dalam memperingati HUT ke-32 PPM kali ini, mengusung tema, “Transformasi Paradigma Menuju Kebangkitan Pemuda Panca Marga”. Menurut Ishak, pemilihan tema sekaligus dikaitkan dengan kebangkitan PPM, sebagaimana yang telah dicanangkan dan kemudian berulangkali disampaikan dalam berbagai kesempatan kegiatan konsolidasi organisasi oleh Ketua Umum PP. PPM, H. Lulung AL, SH. Menurut H Lulung, periode masa bakti kepengurusan 2011-2015 harus dijadikan sebagai era kebangkitan PPM di seluruh Indonesia.
Terkait
kegiatan yang dilaksanakan memperingati HUT ke-32 PPM, Ketua Panpel,
Abdilah Karyadi, menjelaskan, berhubung kondisi Ibukota beberapa waktu
lalu, puncak acara HUT yang seharusnya digelar pada tanggal 22 Januari
2013, diundur pelaksanaannya menjadi tanggal 9 Februari 2013. Kegiatan
puncak, ditandai dengan ziarah ke TMP Nasional Kalibata, dilanjutkan
dengan acara syukuran di Auditorium Balai Sarbini, Gedung Veteran RI
(Plasa Semanggi).
Kegiatan ziarah dan acara syukuran,
menurut rencana akan diikuti lebih kurang 1200 anggota Resimen Yudha
Putra dari Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi
Banten, dengan kekuatan personel masing-masing 400 orang. Ziarah akan
dipimpin oleh Ketua Umum PP. PPM, H. Lulung AL, SH dan diharapkan
dihadiri para ketua PD. PPM seluruh Indonesia. Sementara pada acara
syukuran yang dirangkaian dengan acara hiburan, diharapkan hadir
sekaligus menyampaikan sambutan, Panglima TNI selaku Ketua Dewan Pembina
PPM, Ketua Umum DPP LVRI dan para senior pendiri PPM. Menurut Karyadi,
pimpinan KNPI Pusat dan OKP tingkat nasional juga diundang dalam acara
ini.
Selain
itu, rangkaian kegiatan dalam rangka HUT ke-32 PPM meliputi, forum
dialog kebangsaan tgl 27 Februari 2013, di Jakarta, dengan tema,
“Revitalisasi Konstruksi Kebangsaan” yang akan diikuti peserta/utusan,
DPP LVRI, DPP KNPI, OKP Tingkat Nasional, PTN/PTS di Jakarta, para ketua
PD. PPM, Ormas Tingkat Nasional, Parpol, kementerian dan sejumlah
lembaga kajian politik/sosial. Di lingkup internal, akan digelar Diklat
Kader Tingkat Madya X oleh PD. PPM Jabar yang akan diikuti selain
wakil/utusan PC. PPM se-Provinsi Jawa Barat juga wakil-wakil dari PD.
PPM seluruh Indonesia.
Langganan:
Poskan Komentar (Atom)
Tidak ada komentar: