Reporter : Ramadhian Fadillah
Merdeka.com - Sri Sultan Hamengkubuwono X memilih mengalah saat rombongan Presiden Jokowi melintas. Dia ikut menepi saat voorijder pengawal Jokowi memerintahkan rakyat memberikan jalan untuk rombongan pejabat.
Aksi
Sultan X ini mengingatkan apa yang dilakukan oleh ayahnya, Sultan
Hamengkubuwono IX. Sang Raja Jawa ini memang dikenal egaliter. Tak mau
disanjung berlebihan, tapi justru karena itu Sultan Yogya sangat
dihormati dan dicintai oleh rakyat dan seluruh penduduk Indonesia.
Ada kisah menarik soal Sultan HB IX. Lagi-lagi gara-gara Sultan tak mau pakai pengawal dan pakai mobil biasa saat blusukan.
Pada
Bulan Oktober 1950, Sultan HB IX menjabat wakil perdana menteri di
Kabinet Natsir. Bersama A Halim yang menjabat Menteri Pertahanan ad
interim, mereka menuju Istana Bogor untuk meninjau proses renovasi.
Kisah ini dituliskan AR Baswedan dalam buku Tahta Untuk Rakyat yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta tahun 2011.
Halim menyopir sendiri mobil itu, bergantian dengan Sultan. Tak ada pengawal atau ajudan yang menyertai mereka.
Saat
tiba di Istana Bogor, penjaga di pos depan istana tak memperhatikan
mobil yang masuk. Sultan dan Halim pun segera masuk Istana tanpa
melapor.
Tiba-tiba beberapa orang penjaga dari Polisi Militer
segera sadar. Mereka bergegas mengejar mobil itu. Mobil Sultan
dihentikan dengan todongan senjata.
"Hei, apa-apaan ini! Stop segera!" teriak para penjaga Istana.
Komandan Polisi Militer itu menghampiri Halim. Dia membentak menteri pertahanan itu dengan mata melotot.
"Kenapa masuk saja tanpa berhenti lebih dulu? Apa tidak lihat penjagaan?" bentaknya.
Halim
mengeles. "Saya hanya sopir, dan karena tidak ada orang yang menyuruh
berhenti saya terus saja. Lagipula Tuan yang berada di sebelah saya ini
tidak menyuruh saya berhenti," kata Halim sambil melirik Sultan.
Sultan
diam saja. Para prajurit itu semua mengerubungi mobil tersebut, mencoba
mengenali siapa orang di samping sopir tersebut. Tiba-tiba mereka
tersadar.
"Apakah Bapak bukan Sri Sultan?" tanya pemimpin mereka.
Sultan
mengangguk. Para tentara itu langsung terperanjat. Siapa yang tidak
gentar mengingat Sultan HB IX dan perjuangannya mempertahankan
Yogyakarta selama agresi militer Belanda.
"Siaaap! Beri Hormaaat!" teriak sang komandan sigap. Perintah ini lalu spontan diikuti seluruh anak buahnya.
Sultan
tak marah dengan penodongan dan bentakan para penjaga itu. Dia segera
melakukan peninjauan. Bahkan sempat makan duku di pinggir kali Ciliwung
yang membelah Istana.
"Ketika dua jam kemudian kami meninggalkan
istana untuk pulang, di pintu gerbang telah siap satu kompi untuk
memberi hormat pada mobil kami," kenang Halim