Den Haag - Salat di lapangan dengan pengeras suara tidak
dilarang. Pemerintah kolonial bahkan menyediakan transportasi ekstra.
Begini suasana Idul Fitri di Batavia ketika zaman Belanda.
Pelaksanaan
ibadah salat Idul Fitri di zaman penjajahan Belanda tidak dilarang dan
bahkan diizinkan di tempat terbuka. Salah satunya yang diliput oleh
media adalah di Waterlooplein (Lapangan Waterloo), kini Lapangan
Banteng.
"Tahun ini adalah kedua belas kalinya ibadah ritual
semacam itu diselenggarakan di tempat terbuka di ibukota negara," tulis
Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie, halaman 6 kolom 2 (9
November 1939) dikutip detikcom, Minggu (19/7/2015).
Sebelum hari
raya, media sudah mewartakan apakah Aidil Fitri-gebed (salat Id, red)
di Waterlooplein jadi dilaksanakan atau tidak.
Panitia untuk salat Id di Waterlooplein terdiri dari 14 organisasi massa dan mendapat sokongan dari berbagai pihak.
Pada
hari Idul Fitri pemerintah mengerahkan tram ekstra dari
Meester-Cornelis dan Benedenstad (Batavia Lama, kini Kota, red) untuk
memudahkan mobilitas umat Islam menuju Waterlooplein.
Demikian juga dengan pengeras suara dibolehkan dipasang, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Bertindak
selaku khotib adalah Hadji Mochtar, mantan anggota Mohammadijah, kini
anggota Hof voor Islamietische Zaken (Mahkamah Urusan Agama Islam),
sementara Hadji Mohamad Isa, Ketua Hof voor Islamietische Zaken sebagai
imam.
(es/dra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar