Rabu, 08 Juli 2015

Pilot Inggris percaya orang Indonesia ini bawa hoki saat perang

Reporter : Ramadhian Fadillah

Halim Perdanakusuma. ©repro buku Baret Jingga
Merdeka.com - Pria ini lahir di Sampang Madura tahun 1922. Sempat bergabung dengan Angkatan Laut Belanda. Saat Jepang datang menyerang, kapalnya ditorpedo Jepang hingga karam.

Beruntung nyawanya diselamatkan kapal perang Inggris. Dia pun dibawa ke India. Pria tersebut kemudian meminta bergabung dengan Royal Air Force. Dia kemudian bergabung dengan skadron pesawat pengebom Inggris dan menjadi perwira navigasi. Selama bertugas, dia tercatat 42 kali melakukan bombardir di wilayah Jerman dan Prancis.

Setiap dia ikut misi pengeboman, seluruh pesawat bisa pulang dengan selamat. Padahal biasanya serangan ke wilayah musuh selalu memakan korban akibat amukan meriam antipesawat udara milik Jerman.

Karena itu pria Indonesia dianggap membawa keberuntungan bagi para pilot dan kru pesawat Lancaster dan Liberator Inggris. Dia diberi julukan The Black Mascot atau si jimat hitam oleh rekan-rekannya.

Nama asli The Black Mascot adalah Abdul Halim Perdanakusuma. Begitu Indonesia merdeka, dia bergabung dan menjadi salah satu pionir berdirinya TNI AU. Pengalamannya menjadi perwira RAF di Perang Dunia II sangat berguna untuk membangun TNI AU.
Halim diserahi tugas sebagai perwira operasi. Dialah yang merancang serangan udara pertama TNI AU pada tangsi militer Belanda di Ambarawa, Magelang dan Semarang. Serangan tanggal 29 Juli 1947 dilakukan dengan pesawat tua peninggalan Jepang. Karena keterbatasan, bom bahkan hanya diikat dengan tali di sayap pesawat.

Serangan tersebut berhasil. Belanda dan dunia internasional terkejut angkatan udara Indonesia yang baru berumur hitungan bulan berhasil melakukan serangan udara.

Perwira senior TNI AU ini juga melakukan sejumlah penerbangan menembus blokade Belanda. Jasanya sangat besar dalam membawa senjata, amunisi dan obat-obatan selama perang kemerdekaan.

Halim Perdanakusuma juga yang melakukan penerbangan ke Maguwo (Yogyakarta) ke Tjililitan ( Jakarta). Penerbangan dilakukan untuk memompa semangat perjuangan rakyat dan menunjukkan eksistensi TNI AU.

Tanggal 14 Desember 1947, Halim Perdanakusuma dan Iswahjudi melakukan penerbangan dari Thailand ke Bukittinggi. Mereka terjebak badai hingga akhirnya pesawat Avro Anson itu jatuh di Selat Malaka. Halim baru empat bulan menikah saat kecelakaan maut itu mencabut nyawanya.

Tahun 1975 pemerintah RI menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional pada Halim Perdanakusuma. Namanya diabadikan menjadi nama Lapangan Udara di Jakarta.
[ian]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar