Merdeka.com - Peran Ibrahim Datuk Tan Malaka
dalam perjuangan kemerdekaan dan revolusi Indonesia tak dapat
disangsikan lagi. Pria yang kenyang keluar masuk penjara di luar negeri
dan tanah air ini bahkan menjadi legenda bagi para tokoh pergerakan
kemerdekaan atas keberanian dan pemikirannya.
Layaknya manusia lain, Tan Malaka
juga memiliki kisah masa kecil. Saat masih kecil, pria kelahiran
Suliki, Sumatera Barat, 1894 itu dikenal sebagai anak yang nakal.
Tan
Malaka suka berkelahi, terutama ketika ada perkelahian antar-kampung
atau yang kini sering disebut tawuran. Di antara teman-temannya, Tan Malaka dianggap sebagai seorang jagoan. Ia memiliki jiwa yang tak kenal takut dan pantang menyerah.
Suatu waktu, Tan Malaka
melayani tantangan dari temannya untuk berenang di sebuah sungai.
Padahal saat itu, ia masih terlalu lemah untuk melayani tantangan
temannya yang usianya sudah senior itu.
Apalagi saat itu arus sungai sangat deras dan bergelombang. Alhasil, Tan Malaka
kecil pingsan di tengah sungai. Untungnya, teman-temannya yang usianya
lebih tua di atasnya bisa menyelamatkan dan membawanya ke tepian.
Tan
Malaka kemudian dibawa teman-temannya pulang dan baru sadar ketika
dipukul oleh ibunya yang bernama Rangkayo Sinah dengan sapu lidi. Tak
hanya dari ibunya, Tan Malaka juga kerap mendapat hukuman dari gurunya karena kenakalannya.
Dikutip
dari 'Tan Malaka; Pahlawan Besar yang Dilupakan Sejarah' karya Masykur
Arif Rahman, hukuman yang kerap diberikan oleh ibu dan guru kepada Tan Malaka
antara lain dipukul dengan sapu lidi, dijemur di pinggir jalan sambil
menggigit alat yang biasa digigit kuda agar malu dilihat orang,
dimasukkan ke kandang ayam, hingga diputar pusarnya. Hukuman terakhir
itu merupakan hukuman yang paling ditakuti oleh Tan Malaka kecil.
Saking seringnya mendapat hukuman, Tan Malaka sampai-sampai heran. Sebab, tak hanya dia yang nakal dan berbuat salah. Keheranan ini bahkan dibawanya hingga dewasa.
"Sampai kini saya masih merasa heran mengapa justru sayalah yang harus menjadi korban hukuman itu?" kata Tan Malaka dalam autobiografinya.
Sejak kecil Tan Malaka memang pemberani, keras kepala, dan teguh pada pendirian. Meski nakal, Tan Malaka kecil juga terkenal sopan, jujur, dan punya prinsip.
Tan
Malaka juga terkenal memiliki sifat terus terang, lurus, sedikit
pemberang, berkemauan keras, dan seorang yang memiliki solidaritas
tinggi. Tak hanya itu, sejak kecil Tan Malaka juga terkenal cerdas sampai-sampai guru-gurunya sangat menyayanginya.
Karenanya tak heran ketika dewasa Tan Malaka menjadi seorang yang revolusioner, berani melawan ketidakadilan penjajah Belanda, dan memiliki idealisme tanpa kompromi. Tan Malaka tak akan mau kompromi jika menyangkut kebenaran dan keadilan.
Soal idealisme tanpa kompromi ini, Tan Malaka mencontohkannya dengan keteguhan sikapnya melawan penjajah Belanda dan Jepang.
"Tuan rumah tidak akan pernah berunding dengan maling yang menjarah rumahnya," demikian Tan Malaka .
***
Tan Malaka wafat ditembak pasukan Letnan Dua Soekotjo dari Batalyon
Sikatan bagian Divisi Brawijaya, pada 21 Februari 1949 di Desa
Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Meski memiliki jasa
besar dalam perjuangan kemerdekaan dan revolusi Indonesia, pahlawan
nasional itu nyaris tak dimunculkan dalam sejarah perjalanan bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar